
Belum
banyak orang yang pernah berkunjung ke Goa Sanghyang Tikoro. Alasannya
karena pertama, lokasinya yang agak
tersembunyi sehingga lumayan sulit
untuk menjangkaunya. Kedua, goa ini menyimpan banyak misteri dan mistis
sehingga konon belum ada orang yang masuk kedalamnya. Sampai kini goa
ini masih “perawan”, dalam arti belum ada seorang pun yang mengetahui
ihwal berapa meter panjangnya Sanghyang Tikoro ini.
Berjuta Misteri

Menurut
beberapa keterangan, konon, orang yang berkunjung ke Goa Sanghyang
Tikoro tak hanya menikmati keajaiban alam yang indah dan panorama
lainnya yang memesona, namun ada tujuan lain. Di malam-malam tertentu,
seperti Kamis Kliwon atau Selasa Kliwon, menurut beberapa sumber,
seringkali terlihat beberapa orang yang melakukan semedi atau bertapa di
atas atau dipinggir Sanghyang Tikoro.

Sebagaimana
telah disebutkan tadi, saking misteriusnya, sampai kini belum ada orang
yang bisa memastikan secara valid berapa panjangnya Sanghyang Tikoro.
Ada cerita yang menyebut bahwa goa ini memiliki panjang sampai 800
meter. Sanghyang Tikoro dimasuki oleh air Sungai Citarum dimana air yang
masuk tersebut ternyata tak sepenuhnya kembali ke sungai tersebut,
melainkan ada sebagian yang menyerap ke dalam tanah. Karena itulah,
disebut sebagai Sanghyang Tikoro.

Ada
beberapa versi ihwal asal muasal Sanghyang Tikoro ditinjau dari beragam
sumber. Menurut kacamata ilmiah, Sanghyang Tikoro terbentuk sebagai
akibat dari meletusnya Gunung Sunda. Dahsyatnya letusan mengakibatkan
seluruh permukaan badannya hancur tak bersisa. Setelah letusan, yang
tersisa hanyalah lubang-lubang lekukan yang dalam dengan muntahan
laharnya sangat panas.

Karena banyak mengeluarkan lahar panas, menyebabkan sungai di daerah
Batujajar, Cililin, dan Padalarang tertimbun dan berubah menjadi lahar
dingin. Lama kelamaan menggunung dan membentuk sebuah telaga yang
kemudian populer dengan sebutan Talaga Bandung.

Luas Talaga Bandung, menurut data panjangnya mencapai sekitar 6 km dan lebarnya sekitar 15 km. Tanah di
Padalarang dan Cililin
umumnya mengandung kapur. Namun, sedikit demi sedikit akhirnya terkikis
membentuk lubang aliran yang kelak kemudian dikenal sebagai Sanghyang
Tikoro.
Selamat Berkunjung!
0 comments :
Post a Comment